(Bag. 1)
Pendahuluan
Segala
puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW sang pembawa risalah kebenaran,
pemisah antara yang Haq dan Bathil. Amma ba’du
Shaikh
Sulaiman Bin Abdul Wahab an-Najdi adalah seorang ulama ahlussunnah wal jama’ah
yang berasal dari Saudi Arabia, beliau adalah saudara kandung dari Shaikh
Muhammad Bin Abdul Wahab an-Najdi, pembaharu Islam dan penyebar madzhab yang
dianggap bertentangan dengan pemikiran para ulama salaf as-shalih, yang
diantara ajarannya mengatakan bahwa bertawasul kepada Nabi Muhammad SAW adalah
perbuatan syirik dan tempatnya adalah di neraka. Memang, ketika seseorang masuk
dan membahas ranah akidah, ia menjalankan keyakinan berdasarkan apa yang
dipelajari dan diyakini, sebuah contoh yang sangat menakjubkan, dimana ada
saudara kandung yang berbeda keyakinan dengan saudaranya sendiri, seperti apa
yang dialami oleh Shaikh Muhammad dan Shaikh Sulaiman, dua orang yang berbeda
ideologi tapi hidup dalam satu atap.
Kitab
As-Shawa’iq al-Ilahiyah fi ar-rad ‘ala al-wahabiyah, adalah sebuah
risalah yang ditulis oleh Shaikh Sulaiman sebagai kritikan terhadap pemikiran
saudaranya, yang lebih dikenal dengan sebutan kelompok Wahabi, dan beberapa
kelompok-kelompok Islam yang dianggap telah menyimpang jauh dari pemikiran
ulama salaf as-shalih, para Sahabat hingga Rasulullah SAW.
Siapakah Ahlu
Bid’ah itu?
Jika
berbicara mengenai ahlu bid’ah, maka tentu yang pertama tergambar dalam pikiran
seseorang adalah mereka yang tidak sesuai dan menyimpang dari ajaran baginda
Nabi Muhammad SAW, para Sahabat, dan para pengikutnya. Menurut pandangan Shaikh
Sulaiman, ada beberapa kelompok yang
dianggap berbeda pemahamannya dengan apa yang diajarkan salaf as-sholih,
diantaranya adalah :
1.
Khawarij :
Cikal bakal lahirnya kelompok ini adalah saat kejadian Hakimiyah[1],
mereka yang keluar dan tidak setuju dengan keputusan khalifah Ali bin abi Thalib
untuk berdamai dengan kelompok Muawiyah bin Abu Sufyan dalam masalah khilafah.
Lama sebelum hal ini terjadi, Rasulullah SAW telah menyinggung kelompok ini
sebagai Kilabu Ahli an-Nar, seperti para anjing penghuni neraka dan Nabi SAW bersabda yang artinya: “Mereka
merobek-robek Islam seperti mereka merobek bendera, dimanapun kalian menemui
mereka, maka perangilah mereka”.
Mereka
telah mengafirkan banyak Sahabat, bahkan menghalalkan darahnya untuk dibunuh,
seperti Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan semua
orang muslimin yang mengikuti mereka. Selain itu, mereka berkeyakinan bahwa
ajaran mereka adalah satu-satunya yang paling mengerti Al-Quran dan As-Sunnah,
hingga tidak menerima pendapat lain yang bertentangan dengan kelompok mereka,
dan mengkaim semua orang yang berbeda keyakinan dengan mereka adalah kafir.
2.
Syiah :
Mereka adalah orang-orang yang berpihak kepada khalifah Ali saat peristiwa Hakimiyah.
Akan tetapi telalu berlebihan dalam mengagungkan khalifah Ali bin Abi Thalib,
sampai mengatakan bahwa Ali adalah Tuhan.
Telah
dikisahkan dalam sebuah riwayat, suatu hari saat khalifah Ali keluar dari
sebuah pintu, tiba-tiba orang-orang Syiah berkumpul didepannya dan langsung
bersujud kepada khalifah Ali, dan beliau berkata: “Apa yang kalian lakukan?”, maka
mereka menjawab “Sungguh dirimu adalah Allah”, khalifah Ali membalas: “bukan,
aku hanyalah hamba Allah”. Setelah mendengar jawaban tersebut, khalifah Ali
langsung meminta mereka untuk bertobat dan meninggalkan pemahaman sesat itu,
jika tidak maka akan dijatuhi hukuman atas perbuatan mereka, tapi kaum Syiah
tetap enggan menarik ucapan mereka.
Akidah umat
Islam harus dibentengi dari pemahaman-pemahaman ekstrim kiri atau kanan, dengan
ajaran yang murni dari ulama-ulama salaf Ahlussunnah Wal Jamaah.
(Disarikan dari kitab As-Shawa’iq al-Ilahiyah fi ar-rad ‘ala al-wahabiyah, karya
Al-Allamah Shaikh Sulaiman bin Abdul Wahab An-Najdi)
Bersambung
0 komentar:
Posting Komentar