Kamis, 15 Oktober 2015

Siapakah Ahlu Bid’ah? (Menurut Perspektif Shaikh Sulaiman Bin Abdul Wahab an-Najdi)



(Bag. 1)
Pendahuluan

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW sang pembawa risalah kebenaran, pemisah antara yang Haq dan Bathil. Amma ba’du

Shaikh Sulaiman Bin Abdul Wahab an-Najdi adalah seorang ulama ahlussunnah wal jama’ah yang berasal dari Saudi Arabia, beliau adalah saudara kandung dari Shaikh Muhammad Bin Abdul Wahab an-Najdi, pembaharu Islam dan penyebar madzhab yang dianggap bertentangan dengan pemikiran para ulama salaf as-shalih, yang diantara ajarannya mengatakan bahwa bertawasul kepada Nabi Muhammad SAW adalah perbuatan syirik dan tempatnya adalah di neraka. Memang, ketika seseorang masuk dan membahas ranah akidah, ia menjalankan keyakinan berdasarkan apa yang dipelajari dan diyakini, sebuah contoh yang sangat menakjubkan, dimana ada saudara kandung yang berbeda keyakinan dengan saudaranya sendiri, seperti apa yang dialami oleh Shaikh Muhammad dan Shaikh Sulaiman, dua orang yang berbeda ideologi tapi hidup dalam satu atap.

Kitab As-Shawa’iq al-Ilahiyah fi ar-rad ‘ala al-wahabiyah, adalah sebuah risalah yang ditulis oleh Shaikh Sulaiman sebagai kritikan terhadap pemikiran saudaranya, yang lebih dikenal dengan sebutan kelompok Wahabi, dan beberapa kelompok-kelompok Islam yang dianggap telah menyimpang jauh dari pemikiran ulama salaf as-shalih, para Sahabat hingga Rasulullah SAW.

Siapakah Ahlu Bid’ah itu?

Jika berbicara mengenai ahlu bid’ah, maka tentu yang pertama tergambar dalam pikiran seseorang adalah mereka yang tidak sesuai dan menyimpang dari ajaran baginda Nabi Muhammad SAW, para Sahabat, dan para pengikutnya. Menurut pandangan Shaikh Sulaiman,  ada beberapa kelompok yang dianggap berbeda pemahamannya dengan apa yang diajarkan salaf as-sholih, diantaranya adalah :

1.      Khawarij : Cikal bakal lahirnya kelompok ini adalah saat kejadian Hakimiyah[1], mereka yang keluar dan tidak setuju dengan keputusan khalifah Ali bin abi Thalib untuk berdamai dengan kelompok Muawiyah bin Abu Sufyan dalam masalah khilafah. Lama sebelum hal ini terjadi, Rasulullah SAW telah menyinggung kelompok ini sebagai Kilabu Ahli an-Nar, seperti para anjing penghuni neraka dan Nabi SAW bersabda yang artinya: “Mereka merobek-robek Islam seperti mereka merobek bendera, dimanapun kalian menemui mereka, maka perangilah mereka”.

Mereka telah mengafirkan banyak Sahabat, bahkan menghalalkan darahnya untuk dibunuh, seperti Ali bin Abi Thalib, Ustman bin Affan, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan semua orang muslimin yang mengikuti mereka. Selain itu, mereka berkeyakinan bahwa ajaran mereka adalah satu-satunya yang paling mengerti Al-Quran dan As-Sunnah, hingga tidak menerima pendapat lain yang bertentangan dengan kelompok mereka, dan mengkaim semua orang yang berbeda keyakinan dengan mereka adalah kafir.


2.      Syiah : Mereka adalah orang-orang yang berpihak kepada khalifah Ali saat peristiwa Hakimiyah. Akan tetapi telalu berlebihan dalam mengagungkan khalifah Ali bin Abi Thalib, sampai mengatakan bahwa Ali adalah Tuhan.

Telah dikisahkan dalam sebuah riwayat, suatu hari saat khalifah Ali keluar dari sebuah pintu, tiba-tiba orang-orang Syiah berkumpul didepannya dan langsung bersujud kepada khalifah Ali, dan beliau berkata: “Apa yang kalian lakukan?”, maka mereka menjawab “Sungguh dirimu adalah Allah”, khalifah Ali membalas: “bukan, aku hanyalah hamba Allah”. Setelah mendengar jawaban tersebut, khalifah Ali langsung meminta mereka untuk bertobat dan meninggalkan pemahaman sesat itu, jika tidak maka akan dijatuhi hukuman atas perbuatan mereka, tapi kaum Syiah tetap enggan menarik ucapan mereka.

Akidah umat Islam harus dibentengi dari pemahaman-pemahaman ekstrim kiri atau kanan, dengan ajaran yang murni dari ulama-ulama salaf Ahlussunnah Wal Jamaah.

(Disarikan dari kitab As-Shawa’iq al-Ilahiyah fi ar-rad ‘ala al-wahabiyah, karya Al-Allamah Shaikh Sulaiman bin Abdul Wahab An-Najdi)

Bersambung 




[1] Perjanjian damai antara Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan Sayyidina Muawiyah bin Abu Sufyan

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About