Dalam kitab Fiqh al-Sirah milik
Al-Allamah shaikh Said Ramadhan al-Buthi, pada mukadimah kitab dijelaskan bahwa
dewasa ini, diantara usaha yang disebarkan oleh kelompok orientalis barat
adalah berusaha menutup-nutupi keagungan risalah Nabi Muhammad SAW dengan
mengatakan bahwa mukjizat Rasulullah SAW tidak ‘sesakral’ seperti yang kita
bayangkan.
Seperti contoh burung Ababil yang dikirim Allah untuk membunuh pasukan
gajah Abraha saat itu, mereka katakan tidak nyata, dan menakwilkan ababil yang
dimaksud adalah penyakit cacar. Disisi lain, mereka juga mengatakan bahwa
peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW tidak nyata dan menganggap
bahwa peristiwa tersebut hanyalah terjadi di alam mimpi.
Sebagai seorang muslim, kita wajib
mengimani tentang mukjizat kenabian, meskipun kita tidak pernah hidup pada
zaman Nabi dan melihat mukjizat itu secara nyata. Namun, jika semua mukjizat
yang Allah berikan kepada para utusan-Nya itu selalu kita tarik pada nalar
rasional dan logika, maka sulit bagi kita untuk menerimanya. Karena mukjizat
sendiri adalah sesuatu yang muncul diluar adat dan kebiasaan manusia, kita
hanya wajib untuk mengimani dan percaya akan mukjizat tersebut.
Lantas, bagaimana jika ada orang
yang tidak percaya dengan mukjizat para Nabi, dan menganggapnya sebagai sesuatu
yang mustahil, tidak nyata dan tidak masuk akal?
Coba sekarang sebut saja satu
contoh mukjizat yang masih ada dan nyata di depan kita, Al-Quran al-Karim.
Selama berabad-abad lamanya al-Quran masih tetap relevan sebagai pedoman umat
islam dan tidak pernah berubah. Diluar sana sudah banyak penelitian tentang
‘keautentikan’ Al-Quran secara ilmu sains, kedokteran, astronomi dan banyak
lainnya, padahal zaman dulu sangat minim peralatan ilmiah untuk bisa mengetahui
semua itu, tapi Rasulullah SAW sudah mendapatkan jawaban dari
persoalan-persoalan yang terjadi saat itu dan yang akan datang, melalui
mukjizat Al-Quran yang datang dari Allah SWT.
Semoga Allah SWT selalu membuka
pikiran kita untuk kebaikan, dan membimbing kita dalam kebenaran, serta
menjauhkan kita dari semua hak yang jauh dari ridho-Nya.
-Allahu Ta’ala A’lam Bis Shawab-
Kairo, 21 Oktober
Achmad Dzulfikar Fawzi
(mahasiswa tingkat akhir, fakultas Syariah Islamiyah, Universitas Al-Azhar)
0 komentar:
Posting Komentar