Minggu, 26 Juli 2015

Al-Suyûthi; Ulama Mesir yang Produktif

Dalam kitab “Târikh al-Khulafa”[1], salah satu karya monumental Imam as-Suyuthi, disana disebutkan biografinya secara singkat, sedangkan detailnya telah beliau tuliskan dalam sebuah risalahnya yang diberi nama “Husn al-Muhâdharah”. As-Suyuthi sengaja menulis biografinya sendiri karena mengikuti jejak para ulama sebelumnya, beliau mengatakan bahwa tak patut bagi seorang ulama yang diikuti jejaknya oleh umat, dimintai fatwa dan dijadikan suri tauladan untuk tidak menjelaskan identitas dirinya, khusunya dalam perjalanannya mencari ilmu. Diantara para ulama salaf yang ditiru oleh beliau dalam mengabadikan biografinya dalam sebuah tulisan adalah Imam Badul Ghafir al-farisi dalam kitabnya “Tarikh an-Naisâbûr”, Imam Yaqût al-Himawi dalam kitabnya “Mu’jam al-Adibbâ”, Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya “Qudhotu Misr” dan banyak ulama lainnya.

Nama lengkapnya adalah Abd Rahman ibn Abu Bakar ibn Muhammad ibn Sabiq al-Khudori al-Suyuthi. Dilahrikan di kota Kairo pada tahun 849 H/1445 M., ia tumbuh dalam keadaan yatim, ayahnya meninggal dunia pada saat al-Suyuthi berumur lima tahun, namun semangatnya dalam mencari ilmu sudah dipupuk sejak kecil oleh ayahnya, sehingga al-suyuthi kecil sudah selesai menghafalkan Al-Quran pada saat ia berumur delapan tahun. Saat beranjak remaja, al-Suyuthi sangat haus akan ilmu yang ada pada ulama-ulama Mesir di sekelilingnya, ia belajar berbagai disiplin ilmu hingga menjadikannya seorang ulama besar pada zamannya, dan terkenal menguasai tujuh bidang ilmu bak samudera, yaitu Tafsir, Hadist, Fikih, Nahwu, Badi’, Ma’ani dan Bayan. [2]

Bagaikan seorang yang sedang kehausan di tengah panasnya padang pasir, berlari kesana-kemari mencari oase untuk menghilangkan rasa haus. Begitulah ibarat semangat yang dimiliki al-Suyuthi dalam mencari ilmu,  belum merasa puas dengan ilmu yang sudah diperoleh di Mesir, ia pun memutuskan untuk berhijrah mencari ilmu kepada para ulama di berbagai Negara, diantaranya adalah Syiria, India, Makkah, Yaman dan Maroko.

Dalam bidang Hadist dan Bahasa Arab, ia mengambil sanad keilmuan kepada Imam Taqiyuddin al-Syibli al-Hanafi selama empat tahun. Dalam bidang Tafsir, Ushul, dan Ma’ani ia mengambil sanad keilmuan pada Imam Muhyiddin al-Kafȋji selama empat belas tahun. Dan banyak ulama lainnya yang sanad keilmuannya diwariskan kepada Imam al-Suyuthi.

Produktif adalah salah satu sifat al-Suyuthi yang melekat dalam dirinya. Setelah diberi legalitas oleh guru-gurunya untuk mengajar dan menyebarkan ilmunya kepada masyarakat, al-Suyuthi mengarang kitab pertamanya dalam bidang ilmu al-Quran, yaitu “Syarh Isti’adzah wal Basmalah”. Kemudian dilanjutkan dengan berbagai cabang ilmu lainnya, hingga mencapai 600 judul kitab yang telah ditulis olehnya.

Diantara kitab-kitab yang ditulis oleh al-Suyuthi dalam bidang Ulumul Quran adalah al-Itqon fi Ulûm al-Quran, al-Dur al-Mantsûr fi al-Tafsir al-Maăsur, Lubâb an-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl, Hasyiyah ala Tafsir al-Baidhowi. Dalam bidang Hadist diantaranya Kasyf al-Mughatâ fi Syarh al-Muwattâ, al-Dibâj ala Shohih Muslim, Syarh Sunan Abi Daud, Syarh Nasa’I, dan Syarh Ibn Majah, Tadrȋb al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi. Dalam bidang Qowaid Fikih diantaranya al-Asybah wa al-Nadhoir, al-Jami’ fi al-Farâidh. Dan berbagai kitab lainnya yang sudah menyebar ke seluruh dunia.

Beliau wafat pada tahun 911 H/1505 M., dan dimakamkan di Kairo, Mesir.




[1] Târikh al-Khulafa, Jalaluddin as-Suyuthi, Dar el-Manar, Kairo hal 3
[2] Marja’ al-Ulum al-Islamiyah, Muhammad al-Zuhaili, Dar al-Musthafa, Damaskus, hal 176
 

Blogger news

Blogroll

About