Dalam kitab “Târikh al-Khulafa”[1],
salah satu karya monumental Imam as-Suyuthi, disana disebutkan biografinya secara
singkat, sedangkan detailnya telah beliau tuliskan dalam sebuah risalahnya yang
diberi nama “Husn al-Muhâdharah”. As-Suyuthi sengaja menulis biografinya
sendiri karena mengikuti jejak para ulama sebelumnya, beliau mengatakan bahwa
tak patut bagi seorang ulama yang diikuti jejaknya oleh umat, dimintai
fatwa dan dijadikan suri tauladan untuk tidak menjelaskan identitas dirinya,
khusunya dalam perjalanannya mencari ilmu. Diantara para ulama salaf yang ditiru oleh beliau dalam mengabadikan biografinya dalam sebuah tulisan adalah Imam Badul Ghafir al-farisi
dalam kitabnya “Tarikh an-Naisâbûr”, Imam Yaqût al-Himawi dalam kitabnya “Mu’jam
al-Adibbâ”, Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam kitabnya “Qudhotu Misr” dan banyak ulama
lainnya.
Nama lengkapnya adalah Abd Rahman
ibn Abu Bakar ibn Muhammad ibn Sabiq al-Khudori al-Suyuthi. Dilahrikan di kota
Kairo pada tahun 849 H/1445 M., ia tumbuh dalam keadaan yatim, ayahnya
meninggal dunia pada saat al-Suyuthi berumur lima tahun, namun semangatnya
dalam mencari ilmu sudah dipupuk sejak kecil oleh ayahnya, sehingga al-suyuthi
kecil sudah selesai menghafalkan Al-Quran pada saat ia berumur delapan tahun. Saat
beranjak remaja, al-Suyuthi sangat haus akan ilmu yang ada pada ulama-ulama Mesir
di sekelilingnya, ia belajar berbagai disiplin ilmu hingga menjadikannya
seorang ulama besar pada zamannya, dan terkenal menguasai tujuh bidang
ilmu bak samudera, yaitu Tafsir, Hadist, Fikih, Nahwu, Badi’, Ma’ani dan Bayan.
[2]
Bagaikan seorang yang sedang
kehausan di tengah panasnya padang pasir, berlari kesana-kemari mencari oase
untuk menghilangkan rasa haus. Begitulah ibarat semangat yang dimiliki
al-Suyuthi dalam mencari ilmu, belum
merasa puas dengan ilmu yang sudah diperoleh di Mesir, ia pun memutuskan untuk
berhijrah mencari ilmu kepada para ulama di berbagai Negara, diantaranya adalah
Syiria, India, Makkah, Yaman dan Maroko.
Dalam bidang Hadist dan Bahasa Arab,
ia mengambil sanad keilmuan kepada Imam Taqiyuddin al-Syibli al-Hanafi selama
empat tahun. Dalam bidang Tafsir, Ushul, dan Ma’ani ia mengambil sanad keilmuan
pada Imam Muhyiddin al-Kafȋji selama empat belas tahun. Dan banyak ulama
lainnya yang sanad keilmuannya diwariskan kepada Imam al-Suyuthi.
Produktif adalah salah satu sifat
al-Suyuthi yang melekat dalam dirinya. Setelah diberi legalitas oleh
guru-gurunya untuk mengajar dan menyebarkan ilmunya kepada masyarakat,
al-Suyuthi mengarang kitab pertamanya dalam bidang ilmu al-Quran, yaitu “Syarh
Isti’adzah wal Basmalah”. Kemudian dilanjutkan dengan berbagai cabang ilmu
lainnya, hingga mencapai 600 judul kitab yang telah ditulis olehnya.
Diantara kitab-kitab yang ditulis
oleh al-Suyuthi dalam bidang Ulumul Quran adalah al-Itqon fi Ulûm al-Quran,
al-Dur al-Mantsûr fi al-Tafsir al-Maăsur, Lubâb an-Nuqûl fi Asbâb an-Nuzûl,
Hasyiyah ala Tafsir al-Baidhowi. Dalam bidang Hadist diantaranya Kasyf
al-Mughatâ fi Syarh al-Muwattâ, al-Dibâj ala Shohih Muslim, Syarh Sunan Abi
Daud, Syarh Nasa’I, dan Syarh Ibn Majah, Tadrȋb al-Rawi fi Syarh Taqrib
al-Nawawi. Dalam bidang Qowaid Fikih diantaranya al-Asybah wa al-Nadhoir,
al-Jami’ fi al-Farâidh. Dan berbagai kitab lainnya yang sudah menyebar ke
seluruh dunia.
Beliau wafat pada tahun 911
H/1505 M., dan dimakamkan di Kairo, Mesir.